Senin, 13 Maret 2017

Halitosis Ditinjau dari Aspek Kefarmasian



Halitosis sering disebut dengan istilah malodor merujuk pada kondisi bau mulut yang kurang enak. Istilah halitosis digunakan untuk mendefinisikan adanya bau yang tidak menyenangkan yang dikeluarkan secara terus-menerus dari mulut seseorang (Al-Sadhan 2016). Bau yang tidak sedap adalah hasil dari bebasnya volatile sulfur compounds (VSCs) yang menyebabkan aktivitas pembusukan yang didominasi oleh mikroorganisme gram negati (Alshehri, 2015).
Menurut Al Sadhan (2016) Halitosis memiliki penyebab yang sangat kompleks terdiri dari penyebab ekstrinsik dan penyebab intrinsik. Penyebab ekstrinsik disebabkan oleh tembakau, alkohol, obat obatan, dan makanan yang menimbulkan bau seperti bawang putih dan bawang merah. Penyebab intrinsik dapat dikaitkan pada konidisi sistemik dan mulut, tetapi prosentase dari kasus yang ada 90% umumnya disebabkan oleh kondisi mulut. Kondisi sistemik meliputi kondisi saluran nafas seperti sinusitis kronis, tonsilitis, bronchitis, diabetes,Penyebab masalah mulut terkait dengan kondisi mulut seperti mulut yang kering, dan gangguan hati serta ginjal. Kondisi mulut terkait dengan buruknya kesehatan mulut, mulut kering, luka karies yang mendalam, infeksi, pericoronitis, mucosal ulcerations, makanan, dan umumnya tongue coating.
Halitosis merupakan salah satu masalah yang serius di masyarakat. Halitosis memiliki efek yang besar untuk penderita dan aktivitas kehidupan sehari hari mereka. Hal ini dapat memengaruhi secara signifikan pada aktivitas sosial dan professional  sehari-hari seperti berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu Halitosis dapat mempengaruhi harga diri individu, dan  rasa percaya diri seseorang yang menyebabkan rasa malu dan mengurangi kesempatan bekerja dan kualitas hidup (Al-Sadhan 2016)

Halitosis sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari seseorang mulai dari rasa percaya diri hingga rasa malu yang dapat mengurangi kesempatan kerja dan kualitas hidup. Oleh karena itu, penanganan secara kuratif dan preventif halitosis sangat dibutuhkan untuk masyarakat. Ketika melakukan assesment pada pasien, Apoteker harus mengevaluasi kebersihan mulut pasien. Idealnya Apoteker harus memastikan pengobatan dan rekam medis untuk menentukan apakah halitosis tersebut mungkin muncul dari salah satudari penyakit yang didiskusikan dalam Patofisologi Halitosis. (Berardi et al, 2009). Beberapa hal yang perlu disampaikan untuk pasien yang mengalami halitosis antara lain menghindari makanan yang bersifat kariogenik, minum air putih delapan gelas sehari, menghindari alkohol dan rokok, serta rutin menyikat gigi dan menggunakan larutan untuk berkumur supaya nafas segar. (Berardi et al,2009)
Garam Zn dan Klorin Dioksida adalah senyawa yang paling efektif  dalam mencegah munculnya bau mulut yang tidak sedap. Seng Klorida, sitrat,dan asetat mengurangi ikatan reseptor yang memproduksi VSC. Klorin dioksida memecah ikatan disulfida dan mengoksidasi prekursor VSCs. Garam seng juga dapat membunuh bakteri gram negatif. (Berardi et al 2009).  Dengan mengetahui resiko terkait halitosis, diharapkan masyarakat akan menjaga kesehatan mulut dan gigi sehingga terhindar dari Halitosis. Aktivitas dan kepercayaan diri akan kembali tinggi dan kualitas hidup akan lebih baik


DAFTAR PUSTAKA
Al-Sadhan, Salwa Abdurrahman.2016. Self-perceived halitosis and related factors among adults residing in Riyadh, Saudi Arabia. A cross sectional study. The Saudi Dental Journal. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1013905216300116 . 9 September 2016.
Alsheri, Fahad Ali. 2015. Knowledge and Attitude of Saudi Individuals Toward Self-      perceived Halitosis. The Saudi Journal for Dental Research. Volume 7. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352003515000416. 9 September 2016.
Berardi, Rosemary R. et.al 2009. Handbook of Nonprescirption Drug. Washington DC:   American Pharmacist Association. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar