Halitosis
sering disebut dengan istilah malodor merujuk
pada kondisi bau mulut yang kurang enak. Istilah halitosis digunakan untuk
mendefinisikan adanya bau yang tidak menyenangkan yang dikeluarkan secara
terus-menerus dari mulut seseorang (Al-Sadhan 2016). Bau yang tidak sedap
adalah hasil dari bebasnya volatile
sulfur compounds (VSCs) yang menyebabkan aktivitas pembusukan yang
didominasi oleh mikroorganisme gram negati (Alshehri, 2015).
Menurut
Al Sadhan (2016) Halitosis memiliki penyebab yang sangat kompleks terdiri dari
penyebab ekstrinsik dan penyebab intrinsik. Penyebab ekstrinsik disebabkan oleh
tembakau, alkohol, obat obatan, dan makanan yang menimbulkan bau seperti bawang
putih dan bawang merah. Penyebab intrinsik dapat dikaitkan pada konidisi
sistemik dan mulut, tetapi prosentase dari kasus yang ada 90% umumnya
disebabkan oleh kondisi mulut. Kondisi sistemik meliputi kondisi saluran nafas
seperti sinusitis kronis, tonsilitis, bronchitis, diabetes,Penyebab masalah
mulut terkait dengan kondisi mulut seperti mulut yang kering, dan gangguan hati
serta ginjal. Kondisi mulut terkait dengan buruknya kesehatan mulut, mulut
kering, luka karies yang mendalam, infeksi, pericoronitis,
mucosal ulcerations, makanan, dan
umumnya tongue coating.
Halitosis merupakan salah satu masalah
yang serius di masyarakat. Halitosis memiliki efek yang besar untuk penderita
dan aktivitas kehidupan sehari hari mereka. Hal ini dapat memengaruhi secara
signifikan pada aktivitas sosial dan professional sehari-hari seperti berkomunikasi dengan
orang lain. Selain itu Halitosis dapat mempengaruhi harga diri individu,
dan rasa percaya diri seseorang yang
menyebabkan rasa malu dan mengurangi kesempatan bekerja dan kualitas hidup
(Al-Sadhan 2016)
Halitosis sangat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari seseorang mulai dari rasa percaya diri hingga rasa malu yang dapat
mengurangi kesempatan kerja dan kualitas hidup. Oleh karena itu, penanganan
secara kuratif dan preventif halitosis sangat dibutuhkan untuk masyarakat. Ketika melakukan
assesment pada pasien, Apoteker harus mengevaluasi kebersihan mulut pasien.
Idealnya Apoteker harus memastikan pengobatan dan rekam medis untuk menentukan
apakah halitosis tersebut mungkin muncul dari salah satudari penyakit yang
didiskusikan dalam Patofisologi Halitosis. (Berardi et al, 2009). Beberapa hal
yang perlu disampaikan untuk pasien yang mengalami halitosis antara lain
menghindari makanan yang bersifat kariogenik, minum air putih delapan gelas
sehari, menghindari alkohol dan rokok, serta rutin menyikat gigi dan
menggunakan larutan untuk berkumur supaya nafas segar. (Berardi et al,2009)
Garam Zn dan Klorin Dioksida adalah
senyawa yang paling efektif dalam
mencegah munculnya bau mulut yang tidak sedap. Seng Klorida, sitrat,dan asetat
mengurangi ikatan reseptor yang memproduksi VSC. Klorin dioksida memecah ikatan
disulfida dan mengoksidasi prekursor VSCs. Garam seng juga dapat membunuh
bakteri gram negatif. (Berardi et al 2009). Dengan
mengetahui resiko terkait halitosis, diharapkan masyarakat akan menjaga
kesehatan mulut dan gigi sehingga terhindar dari Halitosis. Aktivitas dan
kepercayaan diri akan kembali tinggi dan kualitas hidup akan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Al-Sadhan,
Salwa Abdurrahman.2016. Self-perceived
halitosis and related factors among adults residing in Riyadh, Saudi Arabia. A
cross sectional study. The Saudi Dental Journal. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1013905216300116
. 9 September 2016.
Alsheri,
Fahad Ali. 2015. Knowledge and Attitude
of Saudi Individuals Toward Self- perceived Halitosis. The Saudi Journal
for Dental Research. Volume 7. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352003515000416.
9 September 2016.
Berardi, Rosemary R.
et.al 2009. Handbook of Nonprescirption
Drug. Washington DC: American
Pharmacist Association.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar