Minggu, 30 April 2017

Pharmtastic Poster Competition UMC : Formulasi Krim Pencerah Kulit Ekstrak Etanol 70% Centella asiatica

Riset yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% dari wanita yang berusia 18 tahun keatas berusaha mempercantik diri dengan menggunakan kosmetik dan mereka merasa bahwa kosmetik tersebut akan membuat mereka lebih cantik dan percaya diri (Shannon, 1997). Maraknya produk pencerah wajah yang muncul di pasaran memicu tren di kalangan wanita untuk memiliki kulit yang cerah agar dianggap cantik. Wanita Indonesia yang memiliki kulit berwarna cenderung kecoklatan, akibat teriknya matahari di negara yang beriklim tropis, menimbulkan ide bagi perusahaan untuk membuat inovasi baru dibidang kosmetika.  Kulit yang cerah dan bersih akan membuat wanita Indonesia tampil menjadi lebih cantik dan memesona. (Indarti, 2010).  Pegagan (Centella asiatica) diketahui memiliki beberapa kandungan yang berkhasiat sebagai antioksidan yang kemudian dalam lingkup kosmetika digunakan sebagai pencerah (Seevaratnam dkk., 2012). Senyawa medekassoid dalam ekstrak etanol 70% Centella asiatica memiliki aktivitas untuk mencerahkan kulit dengan  menghambat sintesis melanin. Salah satu bentuk sediaan yang dapat digunakan untuk kosmetika dengan bahan dasar ekstrak etanol 70% Centella asiatica adalah bentuk Krim. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Sediaan Krim memiliki kelebihan lebih mudah tercucikan dengan air jika dibandingkan dengan sediaan salep,  lebih akseptabel, dan tidak menimbulkan bekas. (USP 32-NF 27, 2009)

 Centella asiatica

Kultur histologi  rekonstruksi epidermis, pemberian medakassoid menurunkan sintesis melanin

Prosedur Ekstraksi

Formula Krim


 Prosedur Pembuatan Krim





Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kementrian Perdagangan (2014), nilai ekspor produk herbal Indonesia tahun 2013 mencapai US$ 23,44 juta, sedangkan nilai ekspor pada periode Januari-Juni 2014 sebesar US$ 29,13 juta, mengalami peningkatan 600%  dari nilai ekspor pada periode Januari-Juni 2013.  Berdasarkan hal ini produk herbal seperti krim pencerah kulit yang berasal dari Centella asiatica sangat berpeluang untuk menembus pasar dan memikat hati masyarakat.


Daftar Pustaka
Indarti. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Kosmetika dalam Keputusan Pembelian Produk Pencerah Wajah ( Studi Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Malang ), 13(4).
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. (2014). Warta Ekspor: Obat Herbal Tradisional. Jakarta : Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
Shannon. 1997. Women at The Cosmetics Center, American Demograpich (ADE), Vol 19 Iss:3 Date: Maret P-4-
Anonymmous. 2009. United States Pharmacopeia 32  National Formulary 27.
Seevaratnam, Vasantharuba, P. Banumathi, Dkk. 2012. Functional Properties
Of Centella Asiatica (L.): A Review. Tamil Nadu Agricultural University,
Madurai, India.

Sabtu, 08 April 2017

Review Artikel : Insulin aspart vs. human insulin in the management of long-term blood glucose control in Type 1 diabetes mellitus: a randomized controlled trial

1.    Susunan Penulisan
Terdiri dari :
a.    Abstrak à meliputi tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan
b.    Terdapat keywords
c.    Introduction à penjelasan latar belakang penelitian dan objektif dalam satu paragraph (tidak dipisahkan)
d.    Metode à meliputi desain penelitian, kriteria inklusi dan eksklusi, kelompok kontrol (pasien yang menggunakan human insulin) dan kelompok perlakuan (pasien yang menggunakan insulin aspart), randomisasi, endpoints, perhitungan jumlah sampel, dan analisis statistic
e.    Hasil à  meliputi karakteristik responden berupa data demografi, terdapat pasien yang drop out karena meninggal, data terkualifikasi (dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya)
f.     Diskusi à meliputi interpretasi hasil
g.    Acknowledgements à Penelitian merupakan bagian dari program Novo Nordisk A/S dan dikonsultasikan pada PDH din Universitas Newcastle
h.    Terdapat reference yang kredibel dan terkemuka
i.       
2.    Judul
a.    Judul sudah menyebutkan “Randomized Controlled Trial
b.    Judul sudah mencerminkan penelititian
c.    Judul kurang singkat, lebih dari sepuluh kata
3.    Jurnal dan Penulis
a.    Artikel tidak ada editorial board, peer review.
b.    Artikel bukan merupakan good reputation journal, tidak ditemukan di “Scimago”
c.    Artikel ada conflict of interest, yaitu  Novo Nordisk
d.    Artikel bukan merupakan jurnal suplemen dan bukan merupakan abstract book
4.    Abstrak
a.    Terdiri atas 273 kata (kurang dari 500 kata)
b.    Penjelasan mencakup semua bagian dan dijelaskan secara singkat namun tetap perlu untuk membaca semua artikel agar lebih paham isi artikel
5.    Introduction
a.    Backround jelas mencerminkan alasan dan  tujuan penelitian yang jelas. Tujuan penelitian mengevaluasi efek insulin aspart sebagai insulin yan dipengaruhi oleh makanan dalam penggunaan klinis jangka panjang.
b.    Penelitian atau teori sebelumnya disitasi dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
6.    Metode-Subject
a.    Dalam penelitian artikel ini dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi yang sesuai dengan tujuan penelitian
b.    Jumlah sampel yang diambil memenuhi syarat penelitian
c.    Sampel dapat merepresentasikan populasi pengidap diabetes di benua Eropa karena penelitian ini dilakukan pada delapan negara di Eropa
d.    Proses pemilihan subjek tidak dijelaskan, akan tetapi sumber subjek jelas dari delapan negara di Eropa yaitu Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Norwegia, Swedia, Swiss dan Inggris
e.    Pada penelitian ini hanya dijelaskan bahwa penelitian dilakukan di 88 European centre di delapan negara di Eropa
7.    Metode-Desain Penelitian
a.    Terdapat kelompok kontrol yaitu pasien yang diberikan terapi human insulin dan kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan terapi insulin aspart
b.    Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mendapatkan perlakuan yang sama
c.    Desain sesuai untuk mendapatkan sesuai dengan tujuan penelitian
d.    Proses randomisasi hanya dijabarkan pada hasil, di bagian metode kurang dijelaskan

8.    Metode-Treatment
Adanya potensi interaksi atau efek samping seperti hipoglikemi. Potensi interaksi dapat diukur melalui analisis biokimia yaitu HbA1c.
9.    Metode Pengukuran Hasil
a.    End point jelas, yaitu membandingkan tipe insulin
b.    Tidak disebutkan apakah pengukuran sudah valid dan reliabel
c.    Kepatuhan minum obat tidak diukur
10. Analisis Data
a.    Tipe data tidak disebutkan, namun reviewer menyimpulkan bahwa data memiliki tipe data rasio karena data yang didapatkan memiliki tingkatan, memiliki operasi matematis (perhitungan HbA1c), dan memiliki nilai nol.
b.    H0 dan H1 tidak disebutkan
c.    P value disebutkan, yaitu kurang dari 0,05
d.    Analisis dapat dipertanggungjawabkan karena terdapat hasil dari analisis tersebut
e.    Tipe analisis disebutkan yaitu menggunakan ANOVA, uji regresi, dan uji hubungan menggunakan Pearson
11. Hasil
a.    Demografi subjek terdapat di dalam artikel, meliputi usia, jenis kelamin, etnik, BMI, gaya hidup (merokok), lama menderita diabetes
b.    Analisis statistik sesuai yang tercantum dalam metode
c.    Data yang didapatkan memiliki distribusi normal
d.    P value disebutkan, yaitu kurang dari 0,05
e.    Hasilnya dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya karena didapatkan perbedaan dari penggunaan insulin aspart dan human insulin yang signifikan
f.     Jumlah disertai presentase
g.    Efek samping yang sudah pasti terjadi yaitu hipoglikemi. Efek samping lain yaitu komplikasi mikrovaskular disebutkan namun tidak dijelaskan secara jelas
h.    Teks, gambar, tabel jelas
i.      Terdapat pasien yang drop out, dalam artikel dijelaskan karena pasien meninggal
12. Diskusi dan Kesimpulan
a.    Hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai
b.    Terdapat penjelasan singkat mengenai temuan
c.    Dibandingkan dengan penelitian lain, yaitu tujuan terapi dari penggunaan insulin aspart
13. Bibliografi
a.    Daftar pustaka yang dicantumkan semuanya berasal dari sebelum tahun 2000 sehingga tidak terkini
b.    Reference yang dicantumkan berasal dari sumber yang kredibel dan terkemuka
c.    Sitasi yang dipakai dan daftar pustaka yang tercantum sesuai dan lengkap

d.    Terdapat pernyataan terkait pihak yang bekerjasama dan mendukung penelitian ini sekaligus pihak yang memberikan pendanaan untuk penelitian yaitu dari Novo Nordisk A/S
Download Artikel

https://drive.google.com/file/d/0B6iK-zuCXbSZdUF1bVZCaU02dmc/view?usp=sharing

Selasa, 04 April 2017

KKN BBM Universitas Airlangga 54

Kabupaten Sampang 19 Juli -  12 Agustus 2016. Edisi kangen Desa Kodak Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang. Apa kabar Pak Arif, Bu Ita, Novita, Eza, Ainun, Mas Isol, dkk disanaaa


SDN  Kodak 1. Anak SD disana pada semangat belajar 


 Bersama SDN  Kodak 2



 Sosialisasi Narkoba Di SMP Islam An-Nur Kodak. Proker lumayan rempong soalnya ada Badan Narkotika Kabupaten Sampang

Penyerahan Plakat dari Tim KKN-BBM 54 Unair di Desa Kodak untuk BNK Sampang
(Waktu itu perut menyusut dan kulit menghitam hihihi)


Sehabis Proker ya main, salah satu keindahan Kabupaten Sampang, Air Terjun Toroan


Mbak Siwi, Alif, Vita, Indira, Hera, Faza, Mbak Mery, Brina, Nadira, Aku






Ini yang paling ngangenin, Eza. apa kabar?

Habis main sama Eza mbatin rasanya kok enak kalau ada anak kecil di rumah ya..,  terus Ibuk di Malang telepon kalau Mas Adit bakal jadi Bapak,  Mbak Vida Hamil berapa minggu gitulah lupa pokoknya. Sembilan  bulan berlalu kangen banget Desa Kodak gak sempet kesana masih banyak tugas, kuliah, praktikum, naskah skripsi, ngelab, dan sebagainya...Oiya ini ponakanku, yang mbatin habis main sama Eza (ya feeling antara adik dan kakak benar benar terjalin). Senapati Praditya lahir di Malang, 27 Maret 2017. 


 Senapati Praditya, lucu yaa



Well bandingkan sama ini Bapaknya Sena (kiri) sama aku (kanan). sama sama lucu kan (?)

Sabtu, 01 April 2017

Konsep Sehat



1.      Konsep Sehat dan Sakit Menurut WHO
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1.         Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2.         Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3.         Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

2.      Sehat menurut Depkes RI
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
3.      CIRI-CIRI SEHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
·         Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalur pikiran.
·         Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikanemosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
·         Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
·         Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
·         Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupanmereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
4.      Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per - lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit
5.      Sistem Kesehatan Nasional
Menurut Perpres 72 Tahun 2012, Sistem Kesehatan Nasional  adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut
 SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan harapan rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi:
1.      Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Memang jika kita pikirkan bahwa masalah Indonesia tidak hanya masalah kesehatan bahkan lebih dari sekedar yang kita bayangkan, tapi jika tahu bahwa dalam hal ini kita masih dalam proses dimana bagai sebuah ayunan yang mana pasti akan menemukan titik temu dan kita dapat menunggu, tapi kapankah hal ini...kita tunggu yang lebih baik. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia.
2.      Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun. Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
3.      SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya masih belum merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000. Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang memadai.
4.      Sumber daya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang  kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan obat yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
5.      Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Dalam hal ini agar tercapainya Indonesia Sehat 2010 juga dibutuhkan. Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih dalam bentuk mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.
6.      Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage proses, tetapi keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses manajemen akan terhambat/ bahkan tidak berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya saja dalam prosesnya terdapat sebuah kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah pemerintahan itu. Bisa jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang lebih baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah kebanggaan dan sebuah tujuan bersama